Tong-Tong Klek
Rembang, Tidak
seperti bulan-bulan sebelumnya, anak-anak usia kelas 3-5 Sekolah Dasar
di beberapa kampung Rembang, dini hari sudah bangun. Pukul 2 mereka
sudah berkeliling kampung dengan membunyikan tong tongklek untuk
membangunkan orang mempersiapkan makan sahur.
Tong tongklek
terbuat dari bahan bambu yang dilubangi agar bisa menghasilkan suara
yang diinginkan. Kemudian suppaya bunyinya makin menarik, benda itu
digabungkan dengan bunyi drum, dan gamelan sebagai pelengkap.
NU Online pernah menyaksikan Desa Babadan Kecamatan Kaliori Rembang, puluhan anak dalam satu grup tong tongklek berkeliling kampung membangunkan orang yang hendak menjalankan ibadah puasa hari itu.
Tanpa mendapatkan imbalan atau bayaran mereka membunyikan kentongan dengan alunan shalawat yang sedang naik daun yang biasa di bawa kan oleh Habib Syeh, Padang Bulan. Berjalan mengelilingi jalan Desa yang panjangnya 4 Km, mereka lalui dengan suka ria.
Ihksan (12) sebagai penabuh gong (gamelan jawa) ditemui nu online saat berkeliling kampung menerangkan, dirinya bersama kawan-kawannya hanya mengisi waktu sebelum berangkat mengaji setelah shalat subuh tiba.
"Kami hanya mencari kesibukan sebelum shalat subuh, serta mengharapkan pahala dalam bulan puasa dengan membangunkan orang untuk bersahur,” katanya kepada NU Online Senin (30/6).
Entah lucu atau tidak, tambah Ihksan, ini sudah menjadi tradisi sejak kami masih kecil. Menurut dia, ini juga merupakan tradisi kota Rembang.
Saat ditanya siapa pencipta budaya dan cara memainkan tong tongklek, anak yang duduk di bangku kelas lima Sekolah Dasar ini menjawab tidak tahu. Yang jelas semenjak dia lahir tradisi ini sudah ada. Pas ditanya siapa yang mengajari cara memainkan, ihksan menjelaskan, seluruh anak Desa Babadan pernah mempunyai grup tong tongklek dan pernah memainkannya.
NU Online pernah menyaksikan Desa Babadan Kecamatan Kaliori Rembang, puluhan anak dalam satu grup tong tongklek berkeliling kampung membangunkan orang yang hendak menjalankan ibadah puasa hari itu.
Tanpa mendapatkan imbalan atau bayaran mereka membunyikan kentongan dengan alunan shalawat yang sedang naik daun yang biasa di bawa kan oleh Habib Syeh, Padang Bulan. Berjalan mengelilingi jalan Desa yang panjangnya 4 Km, mereka lalui dengan suka ria.
Ihksan (12) sebagai penabuh gong (gamelan jawa) ditemui nu online saat berkeliling kampung menerangkan, dirinya bersama kawan-kawannya hanya mengisi waktu sebelum berangkat mengaji setelah shalat subuh tiba.
"Kami hanya mencari kesibukan sebelum shalat subuh, serta mengharapkan pahala dalam bulan puasa dengan membangunkan orang untuk bersahur,” katanya kepada NU Online Senin (30/6).
Entah lucu atau tidak, tambah Ihksan, ini sudah menjadi tradisi sejak kami masih kecil. Menurut dia, ini juga merupakan tradisi kota Rembang.
Saat ditanya siapa pencipta budaya dan cara memainkan tong tongklek, anak yang duduk di bangku kelas lima Sekolah Dasar ini menjawab tidak tahu. Yang jelas semenjak dia lahir tradisi ini sudah ada. Pas ditanya siapa yang mengajari cara memainkan, ihksan menjelaskan, seluruh anak Desa Babadan pernah mempunyai grup tong tongklek dan pernah memainkannya.
Kesenian Orek-orek
Orek-orek
Di
propinsi JawaTengah setiap daerah mempunyai corak dan ragam kesenian
nasional yang khas. Oleh karena itu kesenian tradisional yang berada di
setiap daerah mencerminkan suatu ciri khas tertentu sesuai dengan
kondisi kehidupan masyarakat setempat. Kesenian tradisional merupakan
bagian kebudayaan masyarakat disetiap daerah, sehingga kesenian daerah
mempunyai sifat, ciri dan karakter yang khas yang berasal dari
masyarakat setempat.
Pengaruh
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan terhadap budaya tradisional
akan membawa perubahan. Perubahan antara lain pada pola garapan. Ciri
pada tari tradisional adalah gerak, tata rias, pola lantai yang
sederhana. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat
seni atau seniman harus mampu menciptakan pola garapan tari
tradisional. Seniman dalam membuat pola garapan pada seni tradisional
tidak lepas dari permasalahan koriografinya. Dengan harapan-harapan
membawa perubahan pada seni tradisional dan akan diminati serta
dilestarikan keberadaannya karena bisa berkembang sesuia perkembangan
jaman.
Dari
pengetahuan korigrafi seorang seniman dari daerah Rembang berusaha
mengubah pola garapan pada tari orek-orek yang merupakan tari
tradisional dari daerah kabupaten Rembang.
Syawalan/Kupatan Rembang.
Kupatan
Upacara
syawalan atau Kupatan Rembang/ merupakan salah satu upacara adat/ yang
dimiliki oleh kabupaten Rembang// Upacara yang dilaksanakan pada bulan
Syawal/ atau setelah bulan Ramadhan ini/ bertepatan dengan acara di
desa-desa/ yang melaksanakan sesaji ketupat/ yang mengandung arti saling
memaafkan/ dengan cara saling berjabat tangan// Kegiatan itu/
diselenggarakan secara rutin setiap tahun/ yaitu lima hari setelah hari
raya Idul Fitri// Upacara adat Tahunan itu/ diadakan di salah satu
tempat wisata di Rembang//
Tradisi
syawalan/ merupakan kreatifitas akulturasi budaya Jawa dan Islam//
Ketika Islam hendak bersinggungan dengan budaya Jawa dikabupaten
Rembang/ timbul ketegangan-ketegangan/ yang muaranya menimbulkan
disharmoni// Melihat fenomena itu/ para ulama dan ahli agama di
kabupaten Rembang/ lantas menciptakan akulturasi-akulturasi budaya/ yang
memungkinkan agama baru itu / diterima oleh masyarakat Jawa/ yang
berada di kabupaten Rembang// Singkatnya/ para ulama dahulu dengan
segenap kearifannya/ mampu memadukan kedua budaya yang bertolak
belakang/ demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat//
0 komentar:
Posting Komentar